Macaseo.com - Banyak orang berpikir bahwa memulai bisnis dengan teman adalah ide yang brilian. Toh, kita sudah mengenal satu sama lain, punya chemistry, dan bisa saling percaya, bukan? Sayangnya, realitanya tidak sesederhana itu.
Berdasarkan riset dari Harvard, 65% startup gagal karena konflik antar pendiri. Ini bukan angka yang kecil, dan banyak contoh nyata menunjukkan bahwa persahabatan yang dijadikan dasar bisnis bisa berujung pada kehancuran.
Kenapa Bisnis dengan Teman Bisa Jadi Bencana?
1. Tidak Enakan
Dalam pertemanan, kita cenderung lebih toleran terhadap kesalahan teman. Saat ada yang melakukan kesalahan, kita berpikir, "Ah, dia bakal belajar nanti." Tapi di dunia bisnis, kesalahan bisa berarti kehilangan uang dan peluang. Jika kita terlalu segan untuk menegur, bisnis bisa runtuh perlahan.
2. Masalah Transparansi Keuangan
Keuangan adalah sumber utama konflik dalam bisnis. Jika tidak ada keterbukaan sejak awal, hal ini bisa menimbulkan ketidakpercayaan. Berapa modal yang ditanam? Berapa yang boleh diambil? Bagaimana pembagian keuntungan? Semua ini harus dibahas sebelum bisnis berjalan.
3. Pembagian Hasil yang Tidak Seimbang
Saat bisnis masih kecil, mungkin masalah pembagian keuntungan belum terasa. Tapi ketika bisnis mulai menghasilkan lebih banyak uang, pertanyaan seperti "Siapa yang bekerja lebih keras?" atau "Siapa yang berhak mendapatkan lebih banyak?" bisa menjadi pemicu perpecahan.
4. Emotional Intelligence yang Kurang
Bisnis dan pertemanan memerlukan kedewasaan emosional yang tinggi. Jika salah satu pihak mudah tersinggung, sering ngambek, atau tidak bisa memisahkan urusan pribadi dengan profesional, maka bisnis bisa berubah menjadi arena pertengkaran tanpa ujung.
5. Gaya Penyelesaian Konflik yang Berbeda
Setiap individu memiliki pendekatan unik dalam menyelesaikan konflik:
- Avoidant: Menghindari konflik, yang bisa memperburuk masalah.
- Confronter: Langsung menghadapi konflik tanpa kompromi.
- People Pleaser: Lebih memilih menyenangkan semua orang daripada menyelesaikan masalah.
Jika gaya penyelesaian konflik tidak cocok, bisa dipastikan bisnis akan penuh drama.
Lalu, Harus Berpartner dengan Siapa?
Jika bisnis dengan teman berisiko, dengan siapa kita sebaiknya berpartner? Jawabannya bukan "jangan punya partner sama sekali," tetapi "pilih partner yang tepat."
1. Bicarakan Hal-Hal Buruk di Awal
Sebelum memulai bisnis, bahas kemungkinan buruk:
- Bagaimana jika bisnis gagal?
- Bagaimana jika ada rugi?
- Bagaimana jika salah satu pihak merasa tidak adil?
Semua ini harus disepakati sebelum bisnis berjalan agar tidak ada ketidakpastian di kemudian hari.
2. Pastikan Ada Trust Secara Profesional
Tidak cukup hanya percaya secara personal, tetapi juga secara profesional. Sebelum berpartner, lihat dulu bagaimana cara kerja calon partner kamu. Jika belum pernah bekerja sama sebelumnya, lakukan proyek kecil bersama untuk menguji kecocokan.
3. Latih Direct Communication
Bisnis membutuhkan komunikasi yang jujur dan langsung. Jangan ada yang ditutup-tutupi hanya karena takut menyakiti perasaan teman. Jika ada hal yang mengganjal, bicarakan secara terbuka.
4. Cari Partner yang Komplementer
Jangan cari partner yang memiliki keterampilan sama dengan kamu. Misalnya:
- Jika kamu jago strategi dan analisis, cari partner yang kuat di branding dan sales.
- Jika kamu visioner, cari partner yang bisa menjalankan operasional dengan baik.
Kombinasi keterampilan yang berbeda akan memperkuat bisnis kamu.
Kesimpulan
Jadi, apakah bisnis dengan teman adalah ide buruk? Tidak selalu, tetapi risikonya tinggi. Jika ingin tetap berpartner dengan teman, pastikan:
- Sudah pernah bekerja bersama sebelumnya.
- Memiliki komunikasi yang terbuka dan langsung.
- Sepakat dalam hal pembagian tanggung jawab dan keuangan.
- Memiliki visi dan nilai yang sejalan.
Jika tidak, lebih baik mencari partner yang lebih profesional atau bahkan menjalankan bisnis sendiri dengan dukungan mentor dan advisor. Ingat, bisnis bukan hanya soal uang, tetapi juga soal menjaga hubungan dan membangun masa depan yang berkelanjutan!