• Jelajahi

    Copyright © Macaseo.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    3 Alasan Mengapa Bisnis UMKM Gagal

    30/03/2025, 19:26 WIB Last Updated 2025-03-30T12:46:50Z

    Macaseo.com - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai sekitar 8.500 triliun rupiah. 

    Alasan Mengapa Bisnis UMKM Gagal

    Namun, meskipun begitu besar, banyak bisnis UMKM yang tidak dapat bertahan dalam jangka panjang. Faktanya, dua pertiga bisnis baru mengalami kegagalan. 


    Apa penyebab utama kegagalan ini? Pada artikel kali ini Admin akan membahas tiga faktor utama yang membuat UMKM sulit bertahan dan bagaimana cara mengatasinya.


    1. Kurangnya Digitalisasi


    Salah satu faktor terbesar yang menyebabkan UMKM gagal adalah rendahnya tingkat digitalisasi. Banyak pelaku usaha yang masih menganggap digitalisasi sebagai sesuatu yang kompleks dan sulit dijangkau. 


    Padahal, kenyataannya digitalisasi adalah langkah penting untuk meningkatkan efisiensi bisnis dan menjangkau lebih banyak pelanggan.


    Meskipun sebagai konsumen kita sudah sangat digital, belanja online, menggunakan media sosial, dan mencari produk lewat internet, hanya sedikit bisnis yang benar-benar mengadopsi pendekatan digital dalam operasional mereka. 


    Data menunjukkan bahwa di Singapura, 65% bisnis telah mengadopsi digitalisasi, sementara di Vietnam angkanya mencapai 35%. Namun, di Indonesia, hanya 8% UMKM yang sudah digital.


    Banyak pemilik usaha masih menggunakan metode tradisional, seperti mengandalkan toko fisik, menunggu pelanggan datang sendiri, atau bergantung pada strategi pemasaran dari mulut ke mulut.


    Padahal, ada banyak cara sederhana untuk memulai digitalisasi, misalnya dengan membuat akun media sosial bisnis, membuka toko online di marketplace, atau menggunakan strategi pemasaran digital seperti iklan di Facebook dan TikTok.


    Selain pemasaran, digitalisasi juga penting untuk operasional bisnis. Misalnya, penggunaan perangkat lunak untuk manajemen stok, pencatatan transaksi, dan laporan keuangan bisa menghemat waktu dan meningkatkan akurasi. Sayangnya, lebih dari 90% UMKM di Indonesia masih melakukan pencatatan secara manual. 


    Padahal, ada banyak alat gratis yang bisa digunakan untuk mengelola bisnis secara lebih efisien. Dengan digitalisasi yang tepat, UMKM dapat meningkatkan produktivitas hingga lebih dari 50%, bahkan dalam beberapa kasus mencapai 90%.


    2. Persaingan dengan Perusahaan Besar


    Banyak UMKM merasa kesulitan bersaing dengan perusahaan besar yang memiliki lebih banyak modal dan sumber daya. Namun, tantangan ini bukan hanya soal siapa yang lebih besar, melainkan siapa yang lebih cerdas dalam menjalankan strategi bisnisnya.


    Faktanya, UMKM sering kali memiliki keunggulan dalam fleksibilitas dan kecepatan beradaptasi dibandingkan perusahaan besar yang lamban karena birokrasi yang kompleks. UMKM juga biasanya memulai bisnis di pasar niche yang lebih spesifik, di mana perusahaan besar belum tentu bisa masuk.


    Sayangnya, banyak UMKM gagal karena tidak memiliki business plan yang jelas. Menurut data dari Kementerian UMKM dan Koperasi, hanya 17% pelaku UMKM yang memiliki business plan yang terstruktur. 


    Tanpa perencanaan yang baik, bisnis sering kali berjalan tanpa arah yang jelas, mengandalkan intuisi tanpa strategi yang matang. Bisnis yang memiliki rencana jelas cenderung lebih sukses karena bisa mengantisipasi tantangan dan merancang strategi yang lebih efektif.


    Sebagai solusi, UMKM harus belajar untuk menyusun rencana bisnis yang solid, termasuk mengidentifikasi target pasar, mengatur strategi pemasaran, dan mengembangkan model bisnis yang berkelanjutan. Dengan perencanaan yang baik, UMKM bisa bersaing dengan perusahaan besar tanpa harus berhadapan langsung di pasar yang sama.


    3. Kesulitan Mengikuti Tren dan Perubahan Pasar

    Alasan Mengapa Bisnis UMKM Gagal

    Salah satu alasan utama mengapa UMKM gagal adalah ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi dengan tren pasar. Banyak bisnis yang menjalankan strategi pemasaran dan pengembangan produk hanya berdasarkan insting, tanpa data yang kuat. Hal ini berisiko tinggi, karena perilaku konsumen dan tren industri selalu berubah.


    Berdasarkan riset, hanya 10% UMKM yang memanfaatkan alat digital seperti Google Trends atau Google Analytics untuk memahami perilaku pelanggan. Bahkan lebih rendah lagi, hanya 6% UMKM yang dapat menerapkan strategi harga yang disesuaikan dengan perubahan tren pasar. Yang lebih mengejutkan, 74% bisnis tidak melakukan riset pasar sebelum meluncurkan produk baru.


    Mengikuti tren bukan berarti sekadar mengikuti hype sesaat seperti bisnis es kepal Milo atau lato-lato. Tren yang harus diikuti adalah perubahan perilaku konsumen dan preferensi pasar yang lebih luas. UMKM yang ingin bertahan harus rajin melakukan riset pasar, memahami kebutuhan pelanggan, dan beradaptasi dengan inovasi yang relevan.


    Sebagai contoh, jika bisnis makanan khas Padang ingin tetap relevan di era digital, mereka bisa mengadaptasi strategi pemasaran dengan mengaitkannya dengan tren pop culture atau kampanye kolaborasi yang menarik. UMKM yang mampu membaca tren dan menyesuaikan strategi mereka akan lebih mungkin untuk bertahan dan berkembang di pasar yang kompetitif.


    Dari ketiga faktor di atas, kita dapat melihat bahwa kegagalan UMKM sering kali terjadi karena kurangnya digitalisasi, perencanaan bisnis yang lemah, serta kesulitan dalam beradaptasi dengan tren dan perubahan pasar. Oleh karena itu, UMKM yang ingin bertahan dan berkembang perlu melakukan langkah-langkah berikut:


    • Mulai digitalisasi: Memanfaatkan media sosial, marketplace, dan alat manajemen bisnis digital untuk meningkatkan efisiensi dan jangkauan pasar.
    • Menyusun business plan yang matang: Mengembangkan strategi bisnis yang jelas untuk bersaing dengan perusahaan besar secara cerdas.
    • Beradaptasi dengan tren pasar: Melakukan riset pasar secara rutin dan menyesuaikan strategi bisnis dengan kebutuhan pelanggan yang terus berubah.


    Dengan memahami tantangan ini dan mengambil langkah yang tepat, UMKM memiliki peluang lebih besar untuk sukses dalam jangka panjang. Ingat, kunci utama dalam bisnis adalah terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini